Senin, 18 November 2013

JURNAL 1


Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia

            PENGARUH PENERAPAN JIT (JUST IN TIME)
      DAN TQM (TOTAL QUALITY MANAGEMENT) TERHADAP
DELIVERY PERFORMANCE PADA INDUSTRI OTOMOTIF DI INDONESIA
           Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia*

Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan BANDUNG
Abstract
This research discusses the impact of JIT (Just In Time) and TQM (Total Quality
Management) application to Delivery Performance. Either JIT or TQM is two concept
in management science specially operation management, but in fact that exist in
Indonesian companies most of them have not yet applied these concept properly.
Many of Indonesian companies applied latest management concept just to keep
up with the trend. Unfortunately these concepts might have not been suitable if it
applied directly for Indonesian circumstances. This research was conducted in
automotive industry, this election is based on history that at the first JIT and TQM born
in automotive industry so unquestionable the application of these concepts in this
industry is better than other kind of industry. In other hand delivery performance is
focus on excellent timing and excellent quality of product produced. Theoretically,
JIT application is inseparable form TQM application or vice versa, it one of them
applied without application if the other, the result will not be an optimum one. But it
is important to remember that large number of existing theories nowadays, was
develop in Europe, America and the nearest Japan. There is large number of
differences, even the fundamental one in social and culture, it effect to thinking
pattern, and working spirit. Indonesia has different culture to Europe, America and
Japan. Frequently the application of JIT and also TQM are fail to give significant
improvement to company’s performance. It issues some emerging questions: Do JIT
and TQM have influence to performance specially delivery performance? Do JIT
have influence to performance specially delivery performance? Do TQM have
influence to performance specially delivery performance? This research will answer
the emerging questions. Following data collection and data processing, the result
conclusion will be: JIT and TQM have significant linear influence to delivery
performance. In partial, JIT does not give significant linear influence to delivery
performance, whereas TQM gives significant linear influence to delivery
performance.
Keywords: Operation Management, JIT (Just
          Management), Delivery Performance
in
Time),
TQM
(Total
Quality
112

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia
Pendahuluan
Globalisasi adalah sebuah hal yang tidak dapat dihindarkan oleh pihak manapun.
Dengan adanya globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi yang sangat
pesat, akan tercipta sebuah “dunia baru” yang lebih baik di mana jarak bukanlah
menjadi sebuah masalah yang berarti. Dampak dari terbentuknya dunia baru ini
adalah pemekaran pasar dengan persaingan yang sangat ketat dari perusahaan–
perusahaan lain baik lokal maupun perusahaan asing.
Persaingan yang sangat ketat ini memaksa perusahaan untuk menjadi yang paling
baik dari yang terbaik untuk dapat bertahan di era globalisasi ini. Salah satu cara
yang dapat ditempuh oleh perusahaan untuk dapat menjadi yang terbaik adalah
dengan memiliki corporate strategy yang baik sehingga dapat memperoleh
competitive advantage. Heizer & Render (2005: 29) mengatakan bahwa
“Competitive advantage implies the creation of a system that has a unique
advantage over competitors. The Idea is to create customer value in an efficient
and sustainable way”, sehingga dapat diartikan dalam membangun Competitive
advantage atau yang biasa dikenal dengan keunggulan bersaing, perusahaan
disarankan untuk membentuk sebuah sistem yang unik dan memiliki keunggulan
dibandingkan dengan pesaing yang intinya adalah memberikan nilai yang baik
bagi konsumen dengan efisien dan dapat dipertahankan. Nilai yang baik di mata
konsumen adalah ketika perusahaan dapat memenuhi kebutuhan konsumen
dengan baik. Dua hal yang sangat mendasar dan memberikan nilai yang sangat
baik di mata konsumen adalah kualitas dan waktu. Sebagai sebuah ilustrasi,
bayangkan ketika kita berada di sebuah restoran dan sedang memesan makanan,
waktu untuk menunggu yang sebentar adalah keinginan dari semua konsumen
yang ada di restoran tersebut. Tetapi tidak semata-mata hanya cepat yang
diinginkan oleh konsumen, kualitas dari makanan yang disajikan pun haruslah baik
dan memenuhi standar kualitas yang ada di restoran tersebut.
OM (Operations Management) menerjemahkan kedua kebutuhan yang selalu
diharapkan oleh konsumen itu ke dalam bagian dari strategi OM yaitu Managing
Quality yang di dalamnya terdapat TQM (Total Quality Management) dan Inventory
Management yang di dalamnya terdapat JIT (Just In Time). TQM mewakili
penciptaan nilai dengan mendasarkan pada kualitas yang diberikan pada
konsumen. Sedangkan JIT menciptakan nilai berdasarkan kecepatan yang
diberikan. Namun pada kenyataannya, penerapan JIT yang bertujuan untuk
meningkatkan performance, khususnya delivery performance, tidak dapat
dipisahkan dari penerapan TQM. Hal ini berlaku sebaliknya, penerapan TQM juga
tidak dapat dipisahkan dari JIT dalam meningkatkan performancenya. JIT dan TQM
adalah dua strategi OM yang paling banyak diaplikasikan di dunia nyata secara
luas.
113

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia
Penulis mengadakan penelitian mengenai pengaruh JIT dan TQM terhadap delivery
performance. Penelitian akan dilakukan pada Industri otomotif Indonesia. Pemilihan
ini didasarkan pada kenyataan bahwa industri otomotif di Indonesia merupakan
salah satu industri yang cukup maju dan berkembang. Pada triwulan ketiga tahun
2005, industri otomotif mengalami pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 12,80 % bila
dibandingkan dengan industri – industri lainnya yang ada di Indonesia. Selain itu,
industri otomotif dipilih karena penerapan JIT dan TQM secara komprehensif yang
mutlak diperlukan dan telah diterapkan sejak lama diimplementasikan.
Kerangka Teoritis
JIT dan TQM adalah sebagian kecil dari strategi OM yang banyak digunakan
sebagai “senjata” oleh perusahaan dalam memenangkan persaingan yang ada.
Dalam beberapa literatur dan buku, dijelaskan mengenai hubungan antara JIT dan
TQM. Namun dalam pembahasannya terdapat perbedaan konsep yang mendasar
mengenai posisi JIT terhadap TQM maupun sebaliknya. Menurut Hernandez (1993:
9,15)
“Just in time will not succeeded without the implementation of a parallel quality
program. A just in time manufacturer has no choice but to procure quality parts for
the company’s process. The best way to accommodate all these requirement is to
plan the implementation of both system concurrently.
…..The just in time and quality system should be implemented at the same time. If the
manufacturer has no resources with which to implement both system at the same
time, it’s better to reduce the scope of the JIT system and implement quality system
first.”
Pernyataan Hernandez ini memberikan gambaran mengenai hubungan JIT dan
TQM, di mana TQM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari JIT, sebuah
perusahaan sebaiknya memiliki TQM yang baik terlebih dahulu sebelum
menerapkan JIT. Pendapat lain mengenai hubungan JIT dan TQM diungkapkan oleh
Goetsch dan David (1997 : 543) “JIT was conceived as a total management system,
not just for the manufacturing floor. Isolating JIT from the rest of the management
system will not allow it to fully develop and mature. JIT needs to be a part of a TQM
system.” Pernyataan Goetsch dan David ini memberikan perspektif yang berbeda
terhadap hubungan antara JIT dan TQM, yaitu JIT harus diterapkan terlebih dahulu
sebelum diterapkan sistem TQM. Lain halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Flynn dan Sakakibara (1995), berdasarkan hasil penelitiannya disimpulkan
bahwa baik JIT dan TQM haruslah diterapkan secara bersama – sama dan tidak
dapat dipisahkan satu dan lainnya, dan tidak ada yang dapat diterapkan terlebih
dahulu.
Dalam penggunaannya, JIT dan TQM memiliki persamaan yaitu bertujuan untuk
meningkatkan performance perusahaan. JIT bertujuan untuk memberikan produk
114

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia
tepat pada waktunya. Sedangkan TQM bertujuan untuk memberikan produk sesuai
dengan standar yang ada. Berdasarkan www.totalsuplychain.com, tujuan JIT dan
TQM tersebut dikonversikan menjadi delivery performance yaitu pengukuran kinerja
yang difokuskan pada ketepatan waktu, ketepatan kualitas dan ketepatan jumlah
barang.
Berdasarkan pemikiran di atas, penulis meneliti mengenai pengaruh penerapan JIT
dan TQM terhadap delivery performance.
       Gambar 1
Bagan Kerangka Pemikiran
      JIT
(JUST IN TIME)
Ho 2
Ho 1
  DELIVERY
PERFORMANCE
            TQM
(TOTAL QUALITY MANAGEMENT)
Ho 3
JIT (Just In Time)
Just In Time adalah sebuah filosofi manajemen yang berasal dari Jepang yang telah
diaplikasikan secara nyata sejak awal tahun 1970 pada perusahaan manufaktur di
Jepang. Pada awalnya di Toyota Motor, Taichii Ono dan tangan kanannya Shigeo
Shingo mengadaptasi strategi Henry Ford yang disesuaikan dengan etos kerja
masyarakat Jepang sehingga lahirlah sebuah filosofi yang disebut sebagai Just In
Time. Terdapat banyak definisi JIT yang diungkapkan oleh para ahli, antara lain
menurut Russell dan Taylor (2006: 685) “Just In Time is a concept minimizing inventory
and smoothing the flow of materials so that material arrived just as it was needed”
sehingga JIT dapat diartikan sebagai sebuah konsep meminimalkan jumlah
persediaan dan memastikan kelancaran aliran bahan baku sehingga sampai tepat
ketika dibutuhkan. Senada dengan Russell dan Taylor, Meredith (1992: 549)
115

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia
mengatakan “The basic idea behind JIT is to make goods flow like water through the
shop and not build up, or arrive eiither early or late.” Pendapat lain yang
mendukung adalah definisi yang dipaparkan oleh dictionary.reference.com dan
strategicsourcing.navy.mil. Sedangkan menurut Zhu dan Meredith (1995),
mengatakan bahwa “JIT defined as an approach to achieving excellence in a
manufacturing company based on countinuing elimination of waste and consitent
improvement in productivity.” yang dapat diartikan sebagai sebuah pendekatan
untuk mencapai tingkat yang paling baik pada perusahaan manufaktur yang
berdasarkan pada pengurangan waste secara terus menerus dan konsisten dalam
meningkatkan produktivitas. Pendapat Zhu dan Meredith ini didukung oleh Heizer
dan Render (2005: 470) yang mengetakan “Just In Time is a Philosophy of countinious
and forced problems solving that drives out waste” pendapat Heizer dan Render ini
dapat memberikan gambaran yang senada bahwa JIT adalah sebuah filosofi
mengenai pemecahan maslah yang terus menerus yang akan menghilangkan
waste. Pendapat dari Heizer dan Render diperkuat oleh definisi yang dipaparkan
oleh service.eliteral.com. Pendapat para ahli dan web site di atas kemudian
terangkum dalam definisi yang dicantumkan padaaccuracybook.com.
Sedangkan www.ifm.eng.ac.uk mendefinisikan JIT sebagai sebuah filosofi dalam
produksi barang yang memenuhi customer demand (termasuk di dalamnya
eksternal customer dan internal customer) tepat pada waktunya, tepat kualitas,
dan tepat jumlah.
Elemen JIT
Dalam implementasinya, JIT memiliki beberapa elemen yang digunakan dalam
menerapkan JIT. Namun, terdapat banyak perbedaan pendapat dari para ahli
mengenai elemen JIT. Seperti www.academic.emporia.edu yang menyatakan
elemen JIT terdiri dari system, plants dan people involvment, selain itu, Russell dan
Taylor (2006: 685) memaparkan elemen JIT terdiri dari : Kanban production control,
pull production system, small lot production, cellular layout, quick setup, flexible
resources ,quality at the source , supplier network, uniform productive level, dan
total productive maintenance. www.ifm.eng-cam.ac.uk juga memiliki pandangan
yang berbeda mengenai elemen JIT yaitu : Kanban, setup reduction, levelled, good
housekeeping, countinious improvement, elimination of waste, adon, dan jidoka.
Zhu dan Meridith (1995) dalam penelitiannya juga memaparkan elemen dalam JIT
yang terdiri dari : in house lot size, setup time reduction, vendor lot size, qulity
certificate vendor, sole sourcing, vendor lead time, relationship with supplier,
flexibility, schedule stability, flatten bill of materials, preventive maintenance, cross
training, comunications, outside consultant, JIT champion, JIT eductions, JIT team, co
workers relations, quality circle, top management commitment, authority to stop the
line, grup technology, dan pilot project. Penelitian ini akan menggunakan elemen
JIT yang telah diungkapkan oleh Flynn dan Sakakibara (1995). Elemen – elemen
tersebut adalah Kanban, Lot Size, JIT Scheduling, dan Setup Time Reductions.
Pemilihan ini didasarkan pada pengelompokan yang telah dilakukan oleh Flynn dan
116

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia
Sakakibara yang mencakup dan merangkum elemen – elemen JIT menjadi lebih
sederhana dan mudah dimengerti. Selain elemen-elemen Flynn dan Sakakibara
(1995), dalam penelitian ini elemen JIT ditambahkan pula dengan Supplier
Relationship. Penambahan ini mengadaptasi penelitian Flynn dan Sakakibara (1995)
yang telah diperbaiki oleh Ahad dan Schroeder (2001).
TQM (Total Quality Management)
Fenomena world class manufacturing telah membangkitkan kesadaran mengenai
pentingnya kualitas sebuah produk, sehingga terjadi pergeseran fokus manajerial
dari mass production dengan biaya yang sangat murah menjadi produksi dengan
kualitas yang terbaik yang dapat dicapai. Dengan berdasarkan pada pentingnya
kualitas, maka dikembangkan TQM oleh William Edwards Deming pada era 1970an.
TQM adalah sebuah strategi manajemen yang menitikberatkan pada kesadaran
akan kualitas di seluruh proses di dalam organisasi. Definisi dari www.wikipedia.org ini
diperkuat juga oleh Russell dan Taylor (2006: 120) yang menyatakan bahwa TQM
harus diterapkan dan dijalankan di semua bagian dari perusahaan dan pada
semua level. Dengan menambahkan penekanan pada continuous improvement,
strategicsourcing.navy.mil yang juga didukung oleh www.accuracybook.com TQM
didefinisikan sebagai “A management philosophy commited to a focus on
continuous improvements of products and services with the involvement of the
entire workforceí.” Sedangkan Heizer dan Render (2005: 157) menambahkan unsur
customer pada definisi TQM menjadi “Management of an entire organization so that
it excels in all aspects of products and services that are important to the customer.”
Sehingga TQM dapat diartikan sebuah konsep manajemen yang menyangkut
seluruh organisasi sehingga organisasi dapat memperhatikan dan melakukan
dengan baik seluruh aspek dari produk atau jasa yang dianggap penting oleh
customer. Sependapat dengan Heizer dan Render; Chase, Aquilano dan Jacobs
(1998: 200) menyatakan ”TQM is a managing the entire organization so that it excels
on all dimensions of products and services that are important to the customer.”
Sedikit berbeda dengan pendapat sebelumnya, service.eliteral.com lebih
memberikan penekanan pada elimination of product deffects, mendefinisikan TQM
sebahai ”a product quality program in which the objective is complete elimination
of product defects.”Definisi TQM yang lebih kompleks diungkapkan Union
Japanese Scientist and Engineers (www.juse.or.jp) :
“TQM is a set of systematic activities carried out by the entire organization to
effectively and efficiently achieve company objectives so as to provide products
and services with a level of quality that satisfied customers, at the appropriate time
and price.”
117

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia
Elemen TQM
Sama halnya dengan TQM, terdapat banyak pendapat para ahli yang berbeda -
beda mengenai elemen – elemen yang terkandung dalam TQM. www.dti.gov.uk
menekankan bahwa yang menjadi elemen dari TQM adalah commitment dan
leadership. Berbeda dengan www.dti.gov.uk, webuser.xula.edu memaparkan
bahwa elemen dari TQM adalah: continuous improvement, employee
empowermenti, benchmarking, JIT Techniques, TQM tools. Selain itu
www.dcpress.com mengungkapkan bahwa : top management leadership, role of
quality department, training, product design, supplier quality management, process
management, quality data reporting, employee relations adalah elemen – elemen
dari TQM. Zhang (1997) dalam penelitiannya merangkum beberapa elemen TQM
yaitu : leadership, supplier quality management, vision and plan statement,
evaluation, process control and improvement, product design, quality system
improvement, employee participation, recognition and award, education and
training, customer focus. Sama halnya dengan JIT, penelitian ini menggunakan
elemen - elemen yang telah diungkapkan oleh Flynn dan Sakakibara (1995). Elemen
– elemen tersebut adalah customer focus, product design, dan statistical process
control. Pemilihan ini didasarkan pada pengelompokan yang telah dilakukan oleh
Flynn dan Sakakibara yang mencakup elemen – elemen TQM menjadi lebih
sederhana, mudah dimengerti dan merupakan elemen – elemen umum yang
dapat diterapkan pada setiap perusahaan.
Hubungan Antara JIT Dan TQM
Terdapat banyak ahli dan literatur yang membahas mengenai hubungan antara JIT
dan TQM, dan terdapat tiga pendapat yang berbeda yang memiliki
pendukungnya. Pendapat pertama adalah pendapat bahwa TQM merupakan
bagian yang dibutuhkan untuk menerapkan JIT yang baik. Pendapat ini didukung
oleh Finch (2003: 546) yang mengatakan “As a prerequisite to JIT, a commitment to
quality is necessary in all aspects of business.” Pendapat lain kedua adalah JIT
adalah bagian yang dibutuhkan dalam menerapkan TQM. Pendapat ini
diungkapkan oleh Goetsch dan Davis (1997:543) yang menyatakan : “JIT was
conceived as a total management system, not just for the manufacturing floor.
Isolating JIT from rest of the management system will not allow it to fully develop and
mature. JIT needs to be a part of TQM.” Pendapat ketiga adalah bahwa JIT dan
TQM harus diterapkan secara bersama – sama. Pendapat ini di dukung oleh Flynn
dan Sakakibara (1995), berdasarkan hasil penelitiannya disimpulkan bahwa baik JIT
dan TQM haruslah diterapkan secara bersama – sama dan tidak dapat dipisahkan
satu dan lainnya, dan tidak ada yang dapat diterapkan terlebih dahulu.
118

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia
Performance
www.wikipedia.org mendefinisikan performance sebagai “measure of result
achieved.” Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Finch (2003: 575) yang
membedakan antara performance product dan performance service
“ performance for product may include the actual functions the product is able to
performa” sedangkan untuk service “performance for service refer to the ability to
respons accurately to customer needs.” Selain itu, Yeh dan Huang (2004) dalam
penelitiannya merangkum beberapa kriteria pengukuran manufacturing
performance antara lain : cost / efficiency / productivity, quality / dependability,
short delivery time, reliable transportation, return on investment, flexibility in adjusting
to volume chages, flexibility in adjusting to product changes. Kemudian Kallio,
Saarinen, Tinnilä dan Veppäläinen (2000) memberikan empat pengukuran
performance yang paling umum yaitu : time, cost, quality, efficiency. Kemudian
mereka juga menambahkan bahwa dari keempat pengukuran tersebut time, cost,
dan quality lebih mudah untuk diukur dan dapat dilihat secara lebih jelas.
Delivery Performance
Delivery performance memiliki banyak istilah yang mengacu pada konsep yang
sama. Istilah yang digunakan antara lain delivery process performance, delivery
reliability, dan dependability of delivery. Milgate (2001) mengungkapkan bahwa
terdapat empat variabel yang terbagi ke dalam dua kategori utama yaitu speed
dan reliability. Dalam kategori pertama adalah order fulfillment, time for complete
order. Dalam kategori kedua adalah percentage of late delivery, how badly
customers were inconvinient about lateness. Tetapi pada kategori kedua, Milgate
menambahkan bahwa late delivery diartikan secara lebih luas hingga mencakup
service level. Ahad dan Schroeder (2001) menambahkan bahwa faktor – faktor
yang mempengaruhi delivery performance antara lain : product customization,
production instability, size of the organization, JIT, and TQM. Kallio, Saarinen, Tinnilä
dan Veppäläinen (2000) membagi pengukuran delivery process performance
kedalam beberapa situasi yang berbeda yang berdasarkan pada tujuan yang ingin
dicapai oleh perusahaan terdapat tiga kategori yaitu routin, normal, custom.
Namun dalam ketiganya terdapat persamaan yaitu pengukuran delivery
performance didasarkan pada tiga aspek yang umum yaitu time, cost, dan quality.
Perbedaan yang terdapat dalam tiga kategori tersebut adalah kadar proporsi dari
ketiga aspek tersebut. Sedangkan Nahmias (2001:8) mengungkapkan bahwa
“delivery reliability is being able to deliver products or services when promised, not
only time, but delivering high quality products in reliable time.” Selain itu, Finch (2003:
88) mengungkapkan bahwa waktu yang telah dijanjikan dalam mengirimkan
barang adalah hal yang sangat penting, kemudian Finch juga menambahkan
“qualtiy service is just as important as the quality of the product.” Quality service
yang diungkapkan di sini merujuk pada pernyataan sebelumnya mengenai
ketepatan waktu.
119

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia
Metode Penelitian
Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan, penelitian ini termasuk sebagai
penelitian deskriptif, di mana penelitian yang memiliki sifat deskriptif bertujuan “... to
ascertain and able to describe the characteristics of the variables of interest in a
situation” (Sekaran 2003 : 121)
Dalam proses pengambilan sampel, penelitian ini menggunakan nonprobability
sampling dengan metode snowball sampling. Berdasarkan Malhotra (2002: 355) :
“snowball sampling is a nonprobability sampling technique in which an initial group
of respondens is selected randomly. Subsequent responden are selected based on
the referrals or information provide by the initial responden.”
Menurut Hair (2003: 218), penggunaan metode ini dikarenakan karakteristik
responden yang jarang sehingga menyulitkan dalam proses menentukan populasi
dari sampel. Sedangkan keunggulan dari metode ini menurut Malhotra (2002: 356)
adalah mencapai sampel yang memiliki karakteristik yang diinginkan di dalam
populasi.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan otomotif yang ada
di Indonesia. Industri otomotif di sini mencakup perusahaan manufaktur kendaraan
roda empat, manufaktur roda dua, manufaktur komponen kendaraan roda empat,
manufaktur komponen kendaraan roda dua, dan produsen barang-barang yang
memiliki hubungan dengan kendaraan baik roda empat maupun roda dua seperti
ban, oli, dll.
Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi. Sampel yang baik adalah sampel
yang dapat mewakili populasinya. Shavelson (1996: 120) mengatakan bahwa
“there is a close connection between the sample size and the distribution of means
calculated for many sample of subjects drawn from the same population.”
Sedangkan syarat untuk mencapai distribusi normal adalah dengan memiliki jumlah
sampel minimal 30. Berdasarkan pertimbangan karakteristik responden yang jarang,
maka dalam penelitian digunakan 30 sampel.
Secara singkat, populasi dan sampel penelitian dapat dirangkum menjadi :
1. Target population : perusahaan otomotif yang ada di Indonesia
2. Sampling frame:daftar perusahaan yang bergerak di bidang otomotif yang
    dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian Republik Indonesia, GAIKINDO
    (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), PASMI (Perhimpunan
    Asembling Manufaktur Sepeda Motor Indonesia), GIAMM (Gabungan Industri
    Alat-alat Mobil dan Motor), Yellow Pages Indonesia.
3. Sampling unit: perusahaan otomotif yang masih beroperasi di Indonesia.
4. Sampling technique: snowball sampling
5. Sample size: 30 responden
6. Execution:diambil mengikuti snowball sampling
120

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia
Analisis Data dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan selama kurang lebih empat
bulan, diperoleh 30 data terhadap 43 pertanyaan yang diajukan yang terbagi
menjadi tiga variabel yaitu JIT, TQM, dan Delivery Performance. Seluruh pertanyaan
mengenai variabel-variabel tersebut diukur dengan menggunakan skala respon
interval 5 poin. Dilakukan pengujian reliabilitas dan validitas konstruk sebelum
dilakukan analisis data, selain itu dilakukan pula pengujian asumsi klasik yaitu uji
normalitas, multikolinearitas, dan heterokedastisitas. Pengujian-pengujian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa data berdistribusi normal, dan tidak mengalami
masalah multikolinearitas dan heterokedastisitas. Pada tabel 1 ditampilkan statistik
deskriptif atas data TQM yang diperoleh. Tabel 2 statistik deskriptif atas data JIT yang
diperoleh. Sedangkan Tabel 3 statistik deskriptif atas data Delivery Performance
yang diperoleh.


Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia
Model Regresi
Pada saat pengolahan data, diregresikan variable JIT dan TQM sebagai variable
independen terhadap Delivery Performance sebagai variabel dependen. Hasil
regresi dapat dilihat pada tabel 4 sampai tabel 7.
    Tabel 4
Koefisien Regresi
              aCoeffi ci ents
Model
1
(Constant)
TQM
JIT
Unstandardized
 Coef f icients
BSt d. Error
3.075.621
  .317.110
 -.160.146
St andardized
Coef f icients
     Beta
 .492
-.187
a. Dependent Variable: Deliv ery Perf ormance
Sumber: pengolahan SPSS 12.0 for Windows atas kuesioner penelitian
Tabel 5
Hasil Uji t
             aCoeffici ents
Model
1
(Constant)
TQM
JIT
 t
 4.953
 2.872
-1.090
Sig.
   .000
   .008
   .285
a. Dependent Variable: Deliv ery Perf ormance
Sumber: pengolahan SPSS 12.0 for Windows atas kuesioner penelitian
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa variabel TQM mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Delivery Performance, dengan tingkat signifikansi sebesar 0.008,
nilai ini lebih kecil bila dibandingkan dengan α = 0.05 sehingga Ho ditolak. Maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yaitu penerapan TQM memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap Delivery Performance, didukung.
123

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia
Sedangkan untuk variabel JIT ditemukan bahwa tingkat signifikansinya terhadap
variable delivery performance adalah sebesar 0.285, nilai ini lebih besar bila
dibandingkan dengan α = 0.05 sehingga Ho diterima. Maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis kedua yaitu penerapan JIT memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap Delivery Performance, tidak didukung.
a. Predictors: (Constant), JIT, TQM
b. Dependent Variable: Deliv ery Perf ormance
Sumber: pengolahan SPSS 12.0 for Windows atas kuesioner penelitian
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa hasil regresi menunjukkan nilai signifikansi pengaruh
variable JIT dan TQM terhadap Delivery Performance adalah sebesar 0.025, dan nilai
ini lebih kecil apabila dibandingkan dengan α = 0.05 sehingga Ho ditolak. Maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yaitu terdapat hubungan linier
penerapan JIT dan TQM terhadap Delivery Performance, didukung.
124

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
JIT tidak memiliki pengaruh secara linier yang signifikan terhadap Delivery
Performance. Rendahnya tingkat signifikansi penerapan JIT pada Industri Otomotif di
Indonesia terhadap Delivery Performance, secara kualitatif dapat disimpulkan
bahwa di Indonesia penerapan JIT hanya masih sebatas konsep hal ini dapat dilihat
pada hasil penelitian di mana pada secara rata-rata skor penerapan JIT baik
secara konsep maupun penggunaan tools lebih kecil bila dibandingkan dengan
penerapan konsep maupun penggunaan tools TQM. Selain itu, perusahaan yang
menerapkan JIT secara baik akan mengalami permasalahan ketika berhadapan
dengan suppliernya yang belum tentu menerapkan JIT secara baik pula, sehingga
JIT perusahaan tersebut akan terganggu oleh faktor-faktor yang berada di luar
perusahaan tersebut. Kemudian bila dilihat dari sejarahnya, JIT merupakan sebuah
konsep yang dikembangkan di Jepang, di mana Jepang yang memiliki budaya
kerja keras tidak mudah dapat diadopsi oleh Indonesia ketika mengadopsi JIT
sehingga penerapan JIT di Indonesia hanya menjadi sebuah konsep yang kurang
memiliki pengaruh kepada perusahaan. Selain itu, pemilihan equipment dan
machinery yang dilakukan oleh perusahaan yang menerapkan JIT didasarkan pada
kemampuan finansial perusahaan dan bukan berdasarkan pada kesesuaian
kemampuan mesin dengan konsep JIT sehingga equipment dan machinery yang
ada tidak dapat mendukung penerapan JIT dengan baik.
TQM memiliki pengaruh yang signifikan secara linier terhadap Delivery Performance.
Sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya di mana TQM mempengaruhi Delivery
Performance dapat disimpulkan bahwa secara kualitatif penerapan TQM di
Indonesia dapat memberikan kontribusi bagi delivery performance, sehingga
dengan continuous improvement yang menjadi inti dari TQM, diharapkan delivery
performance dapat terus ditingkatkan di Indonesia
JIT dan TQM memiliki pengaruh linier yang signifikan terhadap Delivery Performance.
Pengaruh linier yang ada lebih disebabkan oleh penerapan TQM pada perusahaan
bukan penerapan JIT. Secara kualitatif, penerapan TQM memang menjadi fokus
utama di perusahaan-perusahaan otomotif di Indonesia selama dekade 90an,
terutama dengan kesadaran kualitas yang meningkat dari konsumennya. Kualitas
tidak dapat lagi dipandang sebelah mata oleh perusahaan-perusahaan otomotif di
Indonesia. Diharapkan jika masalah-masalah penerapan JIT dapat diminimalisir, dan
penerapan JIT dapat diperbaiki, maka pada akhirnya nanti JIT juga dapat secara
signifikan meningkatkan delivery performance.
125

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia
Daftar Referensi
Ahmad, Sohel & Roger G. Schroeder, 2001. “The Impact Of Electronic data
        Interchange On Delivery Performance” Production and Operations
        Management: An International Journal of The Production and Operations
        Management Society.” Vol. 10: 16-30
Chamberlain, John, 2005. The History of TQM. 25 September 2005. http://
        johnchamberlain.com
Chase, Richard B., Nicholas J. Aquilano, & F. Robert Jacobs,1998. Production and
        Operations Menagement: Manufacturing and Services. Boston: The McGraw-
        Hill Companies, Inc. 8th Edition.
Finch, Byron J., 2003. OperationsNow.com. Internasional Edition. Boston: The
        McGraw-Hill Companies, Inc.
Flynn, Barbara B. & Sadao Sakakibara, 1995. Relationship Between JIT And TQM:
        Practice And Performance. Academy Of Management Jurnal, Vol. 38: 1325-
        1360
Ghozali, Imam, 2005. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan
        Penerbit Universitas Diponegoro. Edisi Ketiga.
Goetsch, David L. & Stanley B. David, 1997. Introduction To Total Quality. New Jersey:
        Prentice-Hall, Inc. 2nd Editions.
Hair, Joseph F., B. Babin, A. H. Money, P. Samouel., 2003. Essentials of Business
        Research Methods. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Heizer, Jay., & Barry Render, 2004. Operation Management. New Jersey: Pearson
        Education, Inc. 7th Editions.
Hernandez, Arnaldo, 1993. Just-In-Time Quality. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
http://academic.emporia.edu. History of Just In Time. 28 Oktober 2005
http://accuracybook.com. Just In Time. 28 Oktober 2005
http://dictionary.reference.com. Definition. 26 Oktober 2005
http://service.eliteral.com Just In Time. 28 Oktober 2005
http://service.eliteral.com. Total Quality Management. 2 September 2005
http://strategicsourcing.navy.mil. Definition. 27 Oktober 2005
http://tkdtutor.com . History of Total Quality Management. 20 September 2005
http://webuser.xula.edu. Anonymous (2005). TQM. 27 September 2005
http://www.dcpress.com. TQM Critical Elements. 28 September 2005
http://www.deming.org. William Edwards Deming. 26 September 2005
http://www.icon.co.za. Total Quality Management Critical Elements. 28 September
        2005
http://www.ifm.eng.ac.uk. Just In Time. 28 Oktober 2005
http://www.ifm.eng.ac.uk. Kanban. 28 Oktober 2005
http://www.juse.or.jp. The Total Quality Management Ways. 15 September 2005
http://www.strategicsourcing.navy.mil. Total Quality Management. 1 September
        2005
http://www.strategosinc.com. Just In Time. 29 Oktober 2005
http://www.totalsuplychain.com. How Does SCOR measure up?. 25 Oktober 2005
126

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 2, No.2, Agustus 2009 | Brigita Meylianti S. Dan Fernando Mulia
http://www.tutor2u.com. TQM Elements. 28 September 2005
http://www.wikipedia.org. Kanban. 30 Oktober 2005
http://www.wikipedia.org. Total Quality Management. 1 September 2005
http://www.zurichbusiness.ch. Total Quality Management Benefits. 30 September
        2005
Judd, Charles M., Eliot R. Smith., & Louise H. Kidder, 1991. Research Methods in Social
        Relation. New York: Holt, Reinhart, & Winston, Inc. 6th Edition.
Kallio, Jukka; Timo Saarinen; Markku Tinnilä & Ari P.J. Veppäläinen, 2000. Measuring
        Delivery Process Performance. The International Journal of Logistics
        Management, Vol. 11: 75-86
Malhotra, Naresh K., 1999. Marketing Research: An Applied Orientation. International
        Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 3rd Edition.
Meredith, Jack R., 1992. The Management of Operations: A Conceptual Emphasis.
        United States of America: John Willey & Sons, Inc. 4 th Editions.
Milgate, Michael, 2001. Supply Chain Complexity and Delivery Performance: an
        International Exploratory Study. Supply Chain Management: An International
        Journal, Vol. 6: 106-118
Nahmias, Steve, 2001. Production and Operations Analysis. Singapore: The McGraw-
        Hill Companies, Inc. 4th Edition.
Russell & Taylor, 2006. Operations Management. United States of America: John
        Willey & Sons, Inc. 5th Editions.
Shavelson. Richard J., 1996. Statistical Reasoning for The Behavioral Sciences.
        Massachusetts: Allyn & Bacon. 3rd Edition.
Sommer, Rober, and Barbara Sommer, 2002. A Practical Guide to Behavioral
        Research: Tools and Techniques. New York: Oxford University Press, Inc. 5th
        Edition.
Zhang, Zhihai, 1997. Quality Management Method Model. 10 September 2005.
        http:// www.fhi.org
Zhu, Zhiwei & Paul H. Meredith, 1995. Defining critical elements in JIT implementation:
        a survey. Industrial Management and Data System, Vol. 95: 21-28
*
 Brigita Meylianti adalah dosen tetap Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan
Bandung. Kritik dan dan saran dapat langsung menghubungi penulis dengan alamat email
brigita@home.unpar.ac.id dan fernando@fer.web.id
127

Tidak ada komentar:

Posting Komentar